Jumat, 20 Juni 2014

Contoh Esai

Nahh.. Kalau sebelumnya saya telah nge-post esai yang juara 5. kali ini, saya nge-post lagi esai saya, yang masih dalam proses penilaian oleh pihak sekolah alias belum diumumkan menang apa kagak :)). tapii, mohon doanya aja yahh.. Semoga saya menang lagi, kalo bisa sampai 3 besar, aminnn..
Oke, lanjut aja terus kebawah bacanya.. selamat membaca :)

                         Hayoo.. Pilih Sekolah atau Pacarrr??

                                                         Oleh: Sherly Indriana (X MIPA H)

Pacaran, kata yang mungkin tak asing lagi terdengar di telinga masyarakat luas, khususnya bagi kalangan pelajar. Pacaran bagi kebanyakan orang diartikan sebagai sebuah status penting pada hubungan dua insan manusia yang berlawan jenis, dimana mereka ‘mencoba’ untuk saling mengenal, memahami, dan menyayangi satu sama lain.
            Saat ini, pacaran sudah tidak mengenal usia. Mulai dari pelajar SMA, SMP, bahkan pelajar SD di Indonesia banyak yang telah maupun tengah berpacaran. Hal ini terdengar sangat memprihatinkan. Apalagi seperti yang kita ketahui, saat ini pemerintah Indonesia sedang berupaya keras untuk meningkatkan mutu pendidikan guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, apa yang dilakukan generasi mudanya? Pacaran. Sungguh memprihatinkan, bukan?
            Tujuan pacaran sendiri bagi sebagian orang adalah untuk mencari pasangan hidup yang dirasa cocok dan sesuai dengan kriteria yang mereka inginkan. Jika cocok, mereka langsung lanjut ke tahap pelaminan. Namun, itu tujuan utama bagi mereka yang sudah cukup umur untuk menikah. Bagaimana dengan mereka yang masih duduk di bangku SMP atau SMA? Apakah tujuan mereka pacaran juga untuk menikah setelah lulus sekolah? Pastinya tidak. Jadi apa tujuan mereka pacaran?
            Menurut saya pribadi, tujuan mereka pacaran adalah hanya untuk bersenang-senang semata, dan sebagiannya lagi hanya untuk mengikuti trend serta sebagai gengsi-gengsian di kalangannya. Presepsi generasi jaman sekarang mulai berubah. Dahulu, orang yang bukan muhrim sangatlah tabu untuk  berdekatan, namun sekarang jauh berbanding terbalik keadaannya. Tidak ada rasa sungkan untuk berdekatan bahkan berpegangan tangan sekali pun kepada lawan jenis.
            Berbicara mengenai dampak dari berpacaran, ada yang mengatakan bahwa pacaran memiliki dampak positif terhadap kehidupannya, terutama terhadap prestasi belajar. Namun, tak sedikit pula yang mengatakan bahwa pacaran hanyalah membawa dampak negatif di dalam kehidupannya. Oleh karenanya, saya akan membahas dampak- dampak dari berpacaran baik itu positif maupun negatif berdasarkan sudut pandang saya sendiri dilihat dari berbagai aspek kehidupan.
            Yang pertama, apabila dilihat dari segi ekonomi, pacaran memiliki banyak dampak negatif. Semakin canggihnya teknologi membuat banyak anak zaman sekarang merasa tak lengkap apabila pacaran tanpa saling sms-an, telepon-an, twitter-an, facebook-an, dan lain sebagainya. Semua itu tak cuma-cuma harganya, minimal harus punya pulsa.
Hal ini dapat mengakibatkan sebuah ketergantungan seorang pelajar dalam mengkonsumsi pulsa, dan juga mengakibatkan timbulnya rasa ‘keinginan yang selalu ingin dipenuhi’ oleh orang tuanya. Bahkan yang lebih parah, hal tersebut juga dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kasus pencurian akibat ketergantungannya terhadap pemakaian pulsa.
Selain itu, kebanyakan orang yang berpacaran juga membuktikan rasa cintanya dengan memenuhi segala permintaan sang pacar. Mulai dari mentraktir makan, membelikan baju, nonton bareng di bioskop, dan masih banyak lagi. Hal ini membuktikan bahwa orang yang berpacaran jauh lebih berperilaku konsumtif dari manusia pada umumnya.
Yang kedua, dilihat dari sisi pergaulan di lingkungan masyarakat. Pacaran membuat seseorang menjadi lebih tertutup dan lebih mengedepankan kepentingan dirinya bersama pacarnya. Hal ini mungkin terkesan egois, waktu yang ia punya lebih banyak digunakan untuk berduaan bersama pacar dibandingkan bersama teman, sahabat, bahkan keluarga.
Namun, tak semua orang yang berpacaran mengalami hal seperti itu. Apabila seseorang berpikir bijak, maka ia akan tetap mengedepankan kepentingan umum dan mengambil manfaat dari berpacaran berupa memperluas pergaulan dan memperbanyak kawan.
Apabila dilihat dari sisi budaya, pacaran jaman sekarang juga sungguh berdampak negatif. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, dahulu sungguh  tabu rasanya walaupun hanya memandang lawan jenis yang bukan muhrimnya. Namun sekarang, rasanya begitu bebas terjadi. Dulu juga tidak ada kata pacaran, yang ada kata perjodohan dan langsung pernikahan. Namun, kata perjodohan kini sudah dianggap kolot atau ‘tak jaman’ lagi bagi kebanyakan orang.
Yang keempat, apabila dilihat dari segi agama, sudah sangat jelas sekali terlihat larangannya dalam berpacaran. Allah pun telah mengatakan di dalam Al-Quran bahwa pacaran termasuk kedalam perbuatan yang mendekati zina. Takutnya saja, ketika kita sedang berduaan dengan pacar, ada setan yang membisikkan kepada kita untuk berbuat hal-hal yang menjerumuskan kita kepada dosa.
Dari segi kejiwaan, menurut saya, orang yang berpacaran lebih bersifat tempramental, lebih egois dari sebelumnya, dan rentan mengalami stress. Seperti yang kita ketahui, di dunia ini tidak ada yang abadi, kecuali diri-Nya, Tuhan yang menciptakan kita beserta alam semesta ini. Begitu pula halnya dengan pacaran, apalagi bagi mereka yang mengalami yang namanya cinta monyet. Cinta terkesan hanya datang dan pergi semaunya. Ketika ia pergi, apakah kita sanggup menghadapinya?
Ada yang dapat menghadapinya dengan tabah, namun tak sedikit juga yang tak sanggup menghadapinya. Masih sayang, masih cinta, dan beribu alasan lainnya yang menunjukkan ketidakrelaannya untuk berpisah dengan sang pacar. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya tekanan mental, sehingga tak jarang orang yang sedang putus cinta mengalami stress ringan dan berat sekali pun.
Yang terakhir dan yang utama menurut saya, apalagi dikarenakan oknum-oknum berpacaran pada umumnya adalah kalangan pelajar, adalah dampak pacaran dilihat dari segi pendidikan.
Cukup banyak orang yang mengaku bahwa prestasinya meningkta sejak ia berpacaran. Pada kenyataannya, memang ada saja mereka yang seperti itu, prestasi belajarnya naik semenjak pacaran. Ini dikarenakan adanya sebuah motivasi yang tumbuh di dalam diri mereka. Timbulnya rasa gengsi dan malu ketika pasangannya mengetahui nilai pelajarannya jelek, sehingga ia termotivasi untuk terus mendapatkan nilai yang tinggi.
Namun, saya kira, tak sedikit pula orang yang prestasinya menurun semenjak ia pacaran. Hal ini dikarenakan banyak hal, diantaranya adalah karena timbulnya rasa malas belajar serta dikarenakan pacarannya sangat berlebihan sehingga lupa belajar dan menganggap pacarlah segala-segalanya.

Kesimpulannya, pacaran itu tergantung dari siapa dan bagaimana kita memaknainya serta menyikapinya. Ambil nilai positifnya, buang yang negatifnya. Namun, apabila kita masih dapat mencegah, kenapa tidak? Lakukanlah pencegahan, sebelum semuanya terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar