Minggu, 31 Mei 2015

Laporan Kimia: Titrasi Asam Basa

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
TITRASI ASAM BASA
 

















Oleh
Sherly Indriana
XI MIPA 6



SMA NEGERI 10 SAMARINDA

TAHUN AJARAN 2014-2015


Judul                   :    Titrasi Asam-Basa
Tujuan                :    Mengetahui konsentrasi H2SO4 dengan metode titrasi asam-basa

Alat dan Bahan :   
     Alat
1.      Gelas kimia 50 ml
2.      Pipet tetes
3.      Pelat tetes
4.      Buret
5.      Labu erlenmeyer
6.      Buret Statif
7.      Klem
8.      Corong
Bahan
1.      Larutan H2SO4 1 M
2.      Larutan NaOH 0,05 M
3.      Indikator PP

Dasar Teori        :
     Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau larutan basa. Penentuan tersebut dapat dilakukan dengan cara meneteskan larutan asam yang telah diketahui konsentrasinya ke dalam sejumlah larutan basa yang belum diketahui konsentrasinya, dan atau sebaliknya. Penetesan tersebut dilakukan hingga asam dan basa tepat habis bereaksi, yaitu pada saat berada di titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah satunya telah diketahui (larutan baku). Proses penetapan tersebut disebut dengan titrasi asam-basa.
     Titrasi merupakan sebuah metode untuk menentukan kadar suatu zat yang menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa disebut juga dengan titrasi adisi alkalimetri. konsentrasi asam-basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri, dimana pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia yang ditetapkan melalui titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi sendiri dapat kita ketahui melalui perubahan warna pada kertas indikator.
     Di dalam proses titrasi, zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakkan pada labu erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret.
Pada umumnya, indikator yang kerap digunakan dalam titrasi asam-basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH larutan. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.

Indikator
Perubahan warna
Pelarut
Asam
Basa
Thimol biru
Merah
Kuning
Air
Metil kuning
Merah
Kuning
Etanol 90%
Metil jingga
Merah
Kuning-jingga
Air
Metil merah
Merah
Kuning
Air
Bromtimol biru
Kuning
Biru
Air
Fenolftalein
Tak berwarna
Merah-ungu
Etanol 70%
thimolftalein
Tak berwarna
biru
Etanol 90%

Selain itu, indikator yang juga sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator fenolftalein.  Tabel berikut ini merupakan karakteristik dari indikator fenolftalein.
pH
< 0
0−8.2
8.2−12.0
>12.0
Kondisi
Sangat asam
Asam atau mendekati netral
Basa
Sangat basa
Warna
Jingga
Tidak berwarna
Merah muda keunguan
Tidak berwarna
Pada saat berada di titik ekuivalen, maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol ekuivalen basa, yaitu sebagai berikut:
Mol ekuivalen asam = Mol ekuivalen basa
Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume, sehingga rumus di atas dapat ditulis sebagai berikut:
N x Vasam = N x Vbasa
     Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah OH- pada basa, sehingga didapatkan rumus sebagai berikut:
       val x vol(as) x M(as) = val x vol(bs) x M(bs) 
 

                    
Keterangan:
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
Val = valensi (jumlah ion H+ pada asam atau ion OH- pada basa)

Langkah Kerja:
1.        Hitung dan catatlah pH awal larutan NaOH dan H2SO4 dengan meneteskan masing-masing larutan pada pelat tetes. Kemudian, letakkan kertas indikator untuk mengetahui besar pH dari masing-masing larutan.
2.        Siapkan buret statif dan klem
3.        Isilah buret dengan larutan NaOH tepat hingga garis nol dengan bantuan corong
4.        Masukkan 10 mL H2SO4 ke dalam labu erlenmeyer, lalu tambahkan 2 tetes indikator PP ke dalam larutan.
5.        Letakkan labu erlenmeyer tepat di bawah buret, lalu buka kran buret secara perlahan.
6.        Saat NaOH menetes keluar buret, goyangkan labu erlenmeyer agar NaOH dapat tercampur rata.
7.        Lakukan terus hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda.
8.        Catat volume NaOH yang digunakan untuk membentuk larutan bewarna merah muda, yaitu dengan menghitung selisih antara volume awal dan volume akhir NaOH
9.        Hitung dan catatlah pH campuran larutan tersebut dengan meneteskannya pada pelat tetes. Kemudian, letakkan kertas indikator untuk mengetahui besar pH-nya.
10.    Ulangi percobaan hingga tiga kali

Data Hasil Pengamatan:
Percobaan
Volume NaOH
pH campuran
1.
11,5 mL
10
2.
8 mL
9
3.
7,7 mL
8

Pembahasan:
     Titrasi merupakan salah salah satu cara untuk mengukur jumlah larutan yang dibutuhkan untuk dapat bereaksi secara tetap dengan larutan lainnya. Di dalam titrasi, penetesan dilakukan terus hingga salah satu asam atau basa habis bereaksi . Dengan begitu, konsentrasi asam atau basa dapat diketahui, apabila terdapat sebuah konsentrasi larutan yang diketahui.
     Pada saat salah satu asam atau basa habis bereaksi, maka larutan tengah berada pada titik ekuivalen, dimana untuk dapat mengetahui titik tersebut, kita dapat menggunakan bantuan larutan PP yang kisaran warnanya tidak bewarna hingga merah keunguan. Apabila bersifat asam, maka larutan tak bewarna, dan sebaliknya, jika larutan bewarna merah hingga keunguan, berarti larutan bersifat basa. Larutan yang berada di titik ekuivalen ditandai dengan terjadinya perubahan warna paling awal, yaitu warna yang sangat muda dan cerah.
Pada percobaan yang telah dilakukan, berlaku persamaan reaksi sebagai berikut:
H2SO4(aq) + 2NaOH(aq) -->Na2SO4 (aq) + 2H2O(l)


Volume rata-rata NaOH:
 V = (V1 + V2 + V3)/3
     = (11,5 + 8 + 7,7)/3
    = 9,067 mL
Diketahui:
M  NaOH = 0,05 M
V1 NaOH = 11,5 mL
V2 NaOH = 8 mL
V3 NaOH = 7,7 mL
V H2SO4 = 10 mL
Val H2SO4= 2
Val NaOH= 1

Percobaan 1
ValH2SO4 x VH2SO4 x MH2SO4 = ValNaOH x V(1)NaOH x MNaOH
              2      x     10   x   0,05    =      1      x      11,5  x MNaOH
                            MNaOH               =  0,087 M

Percobaan 2
ValH2SO4 x VH2SO4 x MH2SO4 = ValNaOH x V(2)NaOH x MNaOH
              2      x     10   x   0,05    =      1      x      8      x  MNaOH
                            MNaOH               =  0,125 M

Percobaan 3
ValH2SO4 x VH2SO4 x MH2SO4 = ValNaOH x V(3)NaOH x MNaOH
              2      x     10   x   0,05    =      1      x      7,7    x  MNaOH
                            MNaOH               =  0,13 M

Maka, MNaOH = (0,087 + 0,125 + 0,13)/3 = 0,114 M

Kesimpulan:
  1.   Titrasi merupakan sebuah metode untuk menentukan kadar suatu zat yang menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya.
  2. Titrasi asam-basa atau titrasi adisi alkalimetri dapat dilakukan dengan metode volumetri, dimana pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia yang ditetapkan melalui titik akhir titrasi.
  3. Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa (habis bereaksi) atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan yang disertai perubahan warna indikator.
  4. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator
  5. Indikator PP perlu ditambahkan kedalam larutan karena supaya mengetahui perubahan warna yang terjadi pada titik ekuivalen