LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA
TITRASI ASAM BASA
Oleh
Sherly Indriana
XI MIPA 6
SMA NEGERI 10
SAMARINDA
TAHUN AJARAN
2014-2015
Judul : Titrasi Asam-Basa
Tujuan : Mengetahui konsentrasi H2SO4 dengan metode
titrasi asam-basa
Alat dan Bahan :
Alat
1.
Gelas kimia 50 ml
2.
Pipet tetes
3.
Pelat tetes
4.
Buret
5.
Labu erlenmeyer
6.
Buret Statif
7.
Klem
8.
Corong
Bahan
1.
Larutan H2SO4 1 M
2.
Larutan NaOH 0,05 M
3.
Indikator PP
Dasar Teori :
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi larutan asam atau larutan basa. Penentuan tersebut dapat
dilakukan dengan cara meneteskan larutan asam yang telah diketahui
konsentrasinya ke dalam sejumlah larutan basa yang belum diketahui
konsentrasinya, dan atau sebaliknya. Penetesan tersebut dilakukan hingga asam
dan basa tepat habis bereaksi, yaitu pada saat berada di titik ekuivalen.
Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah satunya
telah diketahui (larutan baku). Proses penetapan tersebut disebut dengan
titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan sebuah metode untuk
menentukan kadar suatu zat yang menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi asam-basa disebut juga dengan titrasi adisi
alkalimetri. konsentrasi asam-basa larutan dapat ditentukan dengan metode
volumetri, dimana pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan
kesetaraan kimia yang ditetapkan melalui titik akhir titrasi. Titik akhir
titrasi sendiri dapat kita ketahui melalui perubahan warna pada kertas
indikator.
Di dalam proses titrasi, zat yang akan ditentukan
konsentrasinya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakkan pada labu erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan
biasanya diletakkan di dalam buret.
Pada umumnya,
indikator yang kerap digunakan dalam titrasi asam-basa adalah indikator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH larutan. Penambahan indikator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Indikator |
Perubahan warna
|
Pelarut
|
|
Asam
|
Basa
|
||
Thimol
biru
|
Merah
|
Kuning
|
Air
|
Metil
kuning
|
Merah
|
Kuning
|
Etanol
90%
|
Metil
jingga
|
Merah
|
Kuning-jingga
|
Air
|
Metil
merah
|
Merah
|
Kuning
|
Air
|
Bromtimol
biru
|
Kuning
|
Biru
|
Air
|
Fenolftalein
|
Tak
berwarna
|
Merah-ungu
|
Etanol
70%
|
thimolftalein
|
Tak
berwarna
|
biru
|
Etanol
90%
|
Selain itu, indikator yang juga sering
digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator fenolftalein. Tabel
berikut ini merupakan karakteristik dari indikator fenolftalein.
pH
|
< 0
|
0−8.2
|
8.2−12.0
|
>12.0
|
Kondisi
|
Sangat asam
|
Asam atau mendekati netral
|
Basa
|
Sangat basa
|
Warna
|
Jingga
|
Tidak berwarna
|
Merah muda keunguan
|
Tidak berwarna
|
Pada saat berada di
titik ekuivalen, maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol ekuivalen basa,
yaitu sebagai berikut:
Mol ekuivalen asam = Mol
ekuivalen basa
Mol ekuivalen diperoleh
dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume, sehingga rumus di atas
dapat ditulis sebagai berikut:
N x Vasam = N x
Vbasa
Normalitas diperoleh
dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asam atau jumlah OH- pada basa, sehingga didapatkan rumus sebagai
berikut:
val x vol(as) x M(as) = val x vol(bs) x M(bs) |
Keterangan:
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
Val = valensi (jumlah
ion H+ pada asam atau ion OH- pada basa)
Langkah Kerja:
1.
Hitung dan catatlah pH awal larutan NaOH dan H2SO4
dengan meneteskan masing-masing larutan pada pelat tetes. Kemudian, letakkan
kertas indikator untuk mengetahui besar pH dari masing-masing larutan.
2.
Siapkan buret statif dan klem
3.
Isilah buret dengan larutan NaOH tepat hingga garis nol
dengan bantuan corong
4.
Masukkan 10 mL H2SO4 ke dalam labu
erlenmeyer, lalu tambahkan 2 tetes indikator PP ke dalam larutan.
5.
Letakkan labu erlenmeyer tepat di bawah buret, lalu buka
kran buret secara perlahan.
6.
Saat NaOH menetes keluar buret, goyangkan labu erlenmeyer
agar NaOH dapat tercampur rata.
7.
Lakukan terus hingga terjadi perubahan warna menjadi
merah muda.
8.
Catat volume NaOH yang digunakan untuk membentuk larutan
bewarna merah muda, yaitu dengan menghitung selisih antara volume awal dan
volume akhir NaOH
9.
Hitung dan catatlah pH campuran larutan tersebut dengan
meneteskannya pada pelat tetes. Kemudian, letakkan kertas indikator untuk
mengetahui besar pH-nya.
10. Ulangi percobaan hingga
tiga kali
Data Hasil Pengamatan:
Percobaan
|
Volume NaOH
|
pH campuran
|
1.
|
11,5 mL
|
10
|
2.
|
8 mL
|
9
|
3.
|
7,7 mL
|
8
|
Pembahasan:
Titrasi merupakan salah salah satu cara untuk mengukur jumlah
larutan yang dibutuhkan untuk dapat bereaksi secara tetap dengan larutan
lainnya. Di dalam titrasi, penetesan dilakukan terus hingga salah satu asam
atau basa habis bereaksi . Dengan begitu, konsentrasi asam atau basa dapat
diketahui, apabila terdapat sebuah konsentrasi larutan yang diketahui.
Pada saat salah satu asam atau basa habis bereaksi, maka larutan
tengah berada pada titik ekuivalen, dimana untuk dapat mengetahui titik
tersebut, kita dapat menggunakan bantuan larutan PP yang kisaran warnanya tidak
bewarna hingga merah keunguan. Apabila bersifat asam, maka larutan tak bewarna,
dan sebaliknya, jika larutan bewarna merah hingga keunguan, berarti larutan
bersifat basa. Larutan yang berada di titik ekuivalen ditandai dengan terjadinya
perubahan warna paling awal, yaitu warna yang sangat muda dan cerah.
Pada percobaan yang
telah dilakukan, berlaku persamaan reaksi sebagai berikut:
H2SO4(aq)
+ 2NaOH(aq) -->Na2SO4 (aq) + 2H2O(l)
Volume rata-rata NaOH:
V = (V1 + V2 + V3)/3
= (11,5 + 8 + 7,7)/3
= 9,067 mL
Diketahui:
M NaOH = 0,05 M
V1 NaOH =
11,5 mL
V2 NaOH = 8
mL
V3 NaOH = 7,7
mL
V H2SO4 = 10 mL
Val H2SO4=
2
Val NaOH= 1
Percobaan 1
ValH2SO4 x VH2SO4
x MH2SO4 = ValNaOH x V(1)NaOH x MNaOH
2
x 10 x
0,05 = 1
x 11,5 x MNaOH
MNaOH = 0,087 M
Percobaan 2
ValH2SO4 x VH2SO4
x MH2SO4 = ValNaOH x V(2)NaOH x MNaOH
2
x 10 x
0,05 = 1
x 8 x MNaOH
MNaOH = 0,125 M
Percobaan 3
ValH2SO4 x VH2SO4
x MH2SO4 = ValNaOH x V(3)NaOH x MNaOH
2
x 10 x
0,05 = 1
x 7,7 x MNaOH
MNaOH = 0,13 M
Maka, MNaOH =
(0,087 + 0,125 + 0,13)/3 = 0,114 M
Kesimpulan:
- Titrasi merupakan sebuah metode untuk menentukan kadar suatu zat yang menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya.
- Titrasi asam-basa atau titrasi adisi alkalimetri dapat dilakukan dengan metode volumetri, dimana pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia yang ditetapkan melalui titik akhir titrasi.
- Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa (habis bereaksi) atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan yang disertai perubahan warna indikator.
- Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator
- Indikator PP perlu ditambahkan kedalam larutan karena supaya mengetahui perubahan warna yang terjadi pada titik ekuivalen